- Amfoterisin: merusak membran sitoplasma.
- Nistatin: membentuk kompleks dengan sterol.
- 5-fluorsitosin: menghambat sintesis protein. Ketiga obat ini (amfoterisin, nistatin, 5-fluorsitosin mempunyai spektrum kerja yang luas).
- Klotrimazol
- Mikonazol
- Itrakonazol. Ketiga obat ini (klotrimazol, mikonazol, itrakonazol mempunyai spektrum kerja yang luas untuk semua jamur).
- Griseofulvin: spektrum kerja sempit , yaitu hanya untuk microsporum dan epidermophyton dengan mekanisme kerja adalah menghambat sintesis RNA dan menghambat sintesis khitin.
- Sikloheksimid
- Asam fusidat
- Sparsomisin
- Blastisidin. Keempat obat di atas (sikloheksimid, asam fusidat, sparsomisin, dan blastisidin) bekerja dengan menghambat sintesis ribosom eukariota dan bakteri dengan menghambat sintesis protein inisiasi rantai peptida dan efek terhadap sintesis DNA.
- Paktamisin: dengan inhibitor selektif pada inisiasi rantai globin dan inhibitor elongasi rantai polipeptida pada 40S ribosom.
- Blastocadiella emersonii mengandung khitin glikosa
- Coprinus cinereus mengandung khitin glukosa
- Neurospora crassa mengandung khitin glukan
- Mucor rouxii mengandung khitin khitosan
Jamur oportunistik adalah jamur yang dapat menginfeksi apabila pertahanan tubuh lemah.
Tunikamisin: misalnya Saccharomyces cereviceae dapat menghambat jamur yang mengandung Manan.
Komponen membran jamur:
- Lipid
- Sterol: mengandung ergosterol, misalnya (Candida, Saccaromyces, dan Aspergillus). Antijamur terhadap sterol: 1. Poliena (membentuk kompleks), 2. Azol (hambatan sintesis), 3. Serulenin (hambatan sintesis lipid, asam lemak, dan sterol).